(e ya maap ye saya nulisnya nyampur2 Enggres Endonesa lagi. Kalo Enggres aja nanti ndak ekspresip secara yang dibahas orang Endonesa)
Jadi sebenarnya sudah sejak kapan tahun saya ngidam mau dengar lagu baru “Garasi”. Sayangnya, karena koneksi internet yang agak2 entahlah, saya tak kunjung bisa menyelesaikan streaming video “Hidup Hanya Sekali” di youtube. Lucky me, hari ini channel musik yang biasa sy tonton (yang biasanya nampilin video2 ‘oldies’), udah ganti jadi channel musik yang klip2nya lebih up-to-date, dan jadilah mereka menampilkan video “Hidup Hanya Sekali”, daaaaan histerislah saya. Gyahaha.
Sekitar empat menit selanjutnya saya diam dan mengamati, dan hasil pengamatan saya kurang lebih seperti ini:
It was kinda surprising mendengar musik Garasi yang much less 'gothic' dibandingkan sebelumnya. I was like seeing a completely different band. It was so new and unpredictable, i can’t really decide whether i should love it or hate it...
![]() |
Garasi formasi lama |
Saya suka Garasi yang lama: bold dan berbobot, image-nya jelas. Kadang memang terasa agak monoton dan artifisial karena .. everything seemed electrical, and i tend to prefer the real acoustic sound instead. Bagaimanapun, di otak saya yang ga pernah pegang mixer ini, ga kebayang dah ribetnya mixing sana sini biar bisa bikin musik yang se-compact itu hanya dengan performance tiga orang. Keren banget. Dan yang lebih keren lagi, dari video2 live yang sempat saya lihat (salah satunya yang ini), they’re just as good as the recordings. Which means, Garasi back then was indeed something good. *musisi jelek biasanya live-nya ancur*
Bagaimanapun, saya juga sadar bahwa lagu2 Garasi yang lama cenderung ‘racun’ banget *in a good way, of course* dan .. yang namanya racun (contoh, alkohol, morfin), kalau dosisnya tepat si efeknya enak. Tapi kalo kebanyakan, bikin mati. Padahal kalau saya suka sama sesuatu, termasuk musik, saya maunya dengerin sesering mungkin. Tapi nggak bisa juga. Soalnya lagu2 Garasi yang lama cenderung tidak adaptif untuk menemani aktivitas sehari2. Dan sesuatu yang nggak adaptif, biasanya sulit untuk survive. Kalau kejadiannya seperti itu, sayang sekali. Karena yang saya rasakan, Garasi adalah kelompok yang punya banyak potensi. So yes, i’ve been constantly hoping for Garasi to survive during these last few years, dan syukurlah mereka benar2 survive. Nggak sekedar survive, sepertinya mereka juga beradaptasi :)
![]() |
Garasi formasi baru |
Secara musik... Well. Sebelum hari ini, saya cenderung berpikir, “ini kayanya bakal lebih garang ni musiknya, secara sekarang anggotanya cowok semua.” Ternyata saya salah besaaaaar. Musiknya malah lebih soft. Haha. Agak kecewa karena kesan bold-nya jadi agak berkurang, tapi hepi juga karena bunyi2annya somehow jadi jauh lebih kaya dan dinamis. Chord2nya lebih variatif, liriknya cenderung tidak repetitif, dan not2 yang dinyanyikan juga lebih menuntut eksplorasi vocal range. Such huge change :D
Saya juga suka suara keyboard-nya yang somehow delicate tapi tetep maskulin dan nggak bikin lagunya jadi fragile atau menye2. Agak kangen sama gebukan-drum-penuh-energi-nya Aris yang di lagu ini kayanya tidak terlalu terekspos, tapi .. ya di lagu yang ini emang kayanya nggebuk drumnya harusnya ya kaya gitu, nggak yang garang banget gt, malah gak pas ntar. Bass-nya Wembri juga enak, dan bikin saya semakin mantab ngefans sama Garasi. I always thought that bass is an important instrument and thank God sekarang mereka sudah punya bassist :) Fedi Nuril ... sepertinya tampak lebih bahagia karena bagian mixing2annya mungkin jadi lebih ringan setelah punya bassist beneran. Dan orang yg hepi, biasanya jadi keliatan lebih ganteng *eh helloh ini mau bahas apanya ya*. Semoga dengan sedikit berkurangnya job-desc Fedi, tidak membuatnya jadi punya waktu luang trus dipake main sinetron. Oh no. Semoga itu tidak terjadi. Amin *berdoa sekhusyuk2nya*
Secara vokal **e ya maap kalok vokalnya dibahas sendiri. Secara yang nulis ini kerjaannya nyanyi e, makanya hobinya juga mrotesi nyanyi2an :p** ... Suaranya Higin –dari yang saya baca di twitter- katanya androgyny dan range-nya gilak banget... well it was indeed kinda androgyny, indeed. I was actually imagined him as similar to Adam Lambert atau Judika, atau mungkin semacam occasional counter-tenor seperti si om2-paling-ganteng-di-dunia, but turn out that he’s totally different. He’s simply a tenor dengan power yang terasa cukup berlimpah, tapi sepertinya belum dikeluarkan semua. Mungkin akan keren kalau ada lagu yang bisa ‘menampung’ power itu. Saya tidak yakin bahwa teknik nyanyinya ini technically correct, tapi saya toh nggak terganggu dengan produksi suaranya. Terdengar cukup ramah-di-pita-suara (dan di kuping) sih buat saya. Cuma ada beberapa bagian yang dinamikanya agak kurang pas (tapi lupa tepatnya yang mana). Ada yang –menurut saya- harusnya lebih keras tapi kurang keras, dan yang harusnya lebih pelan tapi terlalu keras. Ada juga yang harusnya bisa lebih intens tapi terdengar ‘ngambang’, dan ada juga bagian2 yang –menurut saya- mungkin lebih enak dibiarkan ngambang tapi ternyata dikasih penekanan yang intense. No big deal, though. Dengan latihan rutin roof-floor method dan banyak mendengar, it’s highly manageable. Dan Higin sepertinya cukup cerdas untuk sadar bahwa terus belajar itu perlu :D
Secara video klip---oke :D Konsepnya agak kurang bold, tapi jelas dan koheren. Buat saya koherensi adalah salah satu aspek penting yang membedakan karya yang bagus dan nggak bagus, dan it’s good that they have it :) Aktingnya juga nggak lebay. Nggak ekstraordinary juga, tapi pas dan terkesan cukup natural. Terkesan bahwa Garasi memang menghayati lagu itu dan bnr niat untuk ‘bicara’ lewat lagu itu, ga cuma bikin video klip dalam rangka promo. Saya suka attitude mas2 Garasi ini: confident. Nggak over PD, nggak insecure, pas aja gitu. Tampang2 yang seakan bilang, “yes ma’am, I’m a rockstar. Can I help you with my music?” such thing :P
Selain itu di dalam video klip-nya nggak ada tindakan anarkis. Jujur saya males banget kalo liat video klip yang adegannya orang marah2an, saru2an, atau ngrusak2 barang. Kenapa? Karena kalau ada video bagus, saya pasti ingin nunjukin ke orang2 yang lebih muda dari saya dan bilang, “itu lho, nanti kalau kamu udah gede, bikinlah yang bagus kaya gitu. Jadilah yang bagus kaya gitu.” Kalau di dalamnya ada marah2an/saru2an/ngrusak2 barang, berani taruhan yang diinget pasti yang jelek2 itu, dan yang bagus2nya bakal dilupakan. Sayang sekali..
Yah. Apapun yang baru pasti butuh penyesuaian. Penggemarnya *nunjuk diri sendiri* juga perlu penyesuaian ni, jadi mungkin masih bakal cerewet protes2 mulu. Bagaimanapun, saya tetap suka Garasi *dan saya bakal beli CD album orisinilnyaaaaa*. Dari awal saya merasa band ini bagus dan akan tahan lama despite whatever happen in Indonesian music. Mungkin jalannya tidak selalu mulus, but they’ll last. Feeling saya juga bilang bahwa harapan-para-personel-Garasi-bahwa-ini-adalah-formasi-terakhir, bakal terwujud. Well. hopefully :)
Akustik-nya juga oke loh :D Higin lebih oke live-nya daripada rekamannya. Kyaaaa kyaaaa
Yah. Just some thoughts. Panjang juga ternyata. Gapapa, kata word counter cuma 1100an kata kok, masih kalah sama post tentang The Real Group yang >1300 kata. Gyahaha.
seneng deh baca postingannya mba yang satu ini hehehe;D
ReplyDeleteHalo :) Terima kasih sudah mampir. Btw, ini siapa ya?
ReplyDelete