Seperti review part 1, saya akan berusaha membuat post ini se-singkat-padat-jelas mungkin *and guess what, i fail :p*. Review ini akan disajikan secara track-by-track (dengan link ke youtube untuk beberapa lagu, juga penilaian dalam skala 1-10 untuk masing-masing lagu), diikuti komentar secara keseluruhan untuk beberapa hal. Tentu saja, review ini mengandung subjektivitas tinggi, jadi, do feel free to disagree :D
So. Bismillah *semoga ga kepanjangan*. Here they go...
Track 1: Hidup Hanya Sekali
Lagu ini sudah di-review secara ekstensif di sini. Yang mungkin perlu saya tambahkan, i think it’s a wise choice to choose this song as first single karena lagu ini sepertinya yang paling ‘merakyat’. Selisih waktu yang agak lama antara release single “Hidup Hanya Sekali” sampai keluarnya album “Kembali” ini seperti memberi cukup waktu buat masyarakat (baca: sekitar 175rb follower-nya Fedi yang bukan follower GarasiTheMusic / AnakGarazIndonesia :p) untuk bisa jadi much less resistant terhadap Garasi formasi baru yang beda jaooooh dari yang dulu. Single “Hidup Hanya Sekali” semacam menebar positivity dan secara diam-diam menginfiltrasi pikiran pendengarnya untuk siap menerima seperti apapun musik Garasi berikutnya, no matter how ‘strange’ and unfamiliar.
Nilai: 8.5
Track 2: Amarah
Menurut saya, ini adalah lagu yang paling berenergi dibanding lainnya. Bunyi drum-nya Aries bangeeeet, dan bagian yang Higin nyanyi cuma diiringi suara bassnya Wembri itu juga mantaaab. Di lagu ini, ‘amarah’ diprotret dari sisi yang berbeda. Kalau biasanya marah-marah itu cenderung dianggap annoying, di lagu ini ‘amarah’ dipandang sebagai suatu bentuk asertivitas yang mengarah ke pembebasan diri tanpa harus destruktif. Cool point-of-view. Really can’t wait to seeing them burning down the stage when performing this totally live :D Lagu ini sepertinya yang nuansa “Garasi lama”-nya paling kental. In a good way, of course. Semacam meyakinkan bahwa mau Garasi itu pakai formasi lama atau baru, mereka tetap Garasi, dan Garasi itu selalu oke punya.
Nilai: 9.5
Track 3: Kembali
Ada bagian-bagian tertentu dari lagu ini yang sekilas terdengar alay, atau seperti lagu religi. Ada sekitar enam atau tujuh detik nada yang mirip lagunya The Potters yang “kamu keterlaluan kamu punya simpanan” yang copy paste geblek such a nightmare itu lah. Ya tapi beda sih. Yang ini koheren, nggak ngaco. Reffrain-nya dahsyat, intens gitu. Semua instrumen yang terlibat punya kesan skillful dan sepenuh hati. Well. This song is seriously good, tapi entah kenapa, nggak terlalu ‘kena’ di saya. Err... don’t know. I have no further comment about this song ..
Nilai: 8
Nilai: 8
Track 4: Hilang
Pertama kali dengar gitar digenjreng –sebelum suara Higin masuk- saya langsung mikir, “Ini lagu ‘The Only Exception’-nya Paramore ya”? Tentu saja jawabannya adalah bukan, tapi beneran ini lagu style-nya The Only Exception banget: kalem dari awal sampai setelah reff kedua, terus mak genjreng jadi kenceng compact gitu. Thanks to this song, saya jadi sadar bahwa The Only Exception itu biramanya 3/4. Haha. However, transisi 4/4 jadi 3/4 memang tricky. Kalau nggak teliti banget nget nget, jadinya nggak smooth: ada bagian yang terasa longgar, sementara bagian lain akan terasa berdesak-desakan. Sayangnya, gotta say, lagu ini tidak terlalu sukses bertransisi :( Bagian belakang yang kenceng emang lumayan ngangkat, tapi mood building-nya kurang gemanaaa gitu rasanya. Nggak lebih jelek dari versi lama juga si karena versi lama relatif lebih monoton, tapi.. ya itu tadi: nggak smooth.
Nilai: 6.5
Nilai: 6.5
Track 5: Lupakan aku
Buat saya, lagu ini adalah klimaksnya. Paling keren. Bunyi-bunyiannya sangat kaya, progresinya nggak ketebak, energinya dikeluarkan dengan jumlah yang tepat pada tempat yang tepat.. Oke banget. No complaint lah pokoknya sama lagu ini. Suasana yang dibawa lagu ini di satu sisi cukup jelas, tapi di sisi lain juga multi-interpretable. Ini mungkin termasuk salah satu lagu yang dibilang ‘lagu idealis’. Tidak recommended untuk dibikin video klip, tapi bakal oke banget kalau ditampilkan live di acara rock festival yang ngerock abeeeeessss getoh.
Nilai: 10!! :D
Nilai: 10!! :D
Track 6: Antartika
Yang paling keren dari lagu “Antartika” adalah kemampuan lagu ini untuk memberikan visualisasi yang jelas banget nget nget. Saya seperti melihat sekelompok manusia masa depan yang sudah bisa beradaptasi untuk hidup di antartika–lengkap dengan segala peralatan futuristik dan rumah-rumah geometris berwarna silver yang nyaris sulit dibedakan dengan putihnya salju antartika. Manusia-manusia itu angkuh, percaya diri, sangat logis dan ilmiah, dan cenderung dingin’ seperti robot. Mereka sudah hidup secara safe and steady untuk cukup lama, hingga di suatu titik mereka mulai bertanya-tanya: apa iya saya puas dengan keadaan safe and steady ini? Dan saat itulah yang namanya cinta –entah dari mana datangnya- mulai tumbuh di satu hati. Cinta yang cukup menghangatkan tanpa harus membuat semuanya jadi cair berantakan –yang menerangi gelap dan misteriusnya antartika, mengubah musim gelap jadi musim terang. Birama 3/4-nya membawa visualisasi berupa dua orang yang sedang berdansa di atas balok-balok es Antartika, semacam menunjukkan bahwa dingin yang menusuk bisa jadi playground yang fun saat ada orang yang tepat :)
Lagu ini merupakan salah satu yang saya rekomendasikan untuk dibuat video klip kedua. Syaratnya, video klipnya harus bener-bener match sama lagunya; dan kecocokannya harus verse-to-verse, nggak sekedar secara general matching-in keseluruhan lagu dengan keseluruhan video klip. Kalau jadi beneran kaya gitu, aaaah pasti bakal sangat breath-taking. And one more note, menurut saya lagu ini adalah lagu 3/4 paling keren yang pernah saya tahu *\^.^/*
Lagu ini merupakan salah satu yang saya rekomendasikan untuk dibuat video klip kedua. Syaratnya, video klipnya harus bener-bener match sama lagunya; dan kecocokannya harus verse-to-verse, nggak sekedar secara general matching-in keseluruhan lagu dengan keseluruhan video klip. Kalau jadi beneran kaya gitu, aaaah pasti bakal sangat breath-taking. And one more note, menurut saya lagu ini adalah lagu 3/4 paling keren yang pernah saya tahu *\^.^/*
Nilai: 9
Track 7: Sunshine
Ini dia lagu yang saya pakai jadi RBT. Hehe. Waktu itu pilihnya relatif ‘asal’ si. Bukan karena saya lebih suka lagu ini dibanding yang lain, tapi karena saya agak merasa punya afiliasi khusus dengan kata ‘matahari’, itu aja. Haha. Lagu ini menurut saya juga recommended untuk dibuat video klip: intens-nya tu Garasi banget, tapi suara strings dan keyboard-nya bikin lagu ini tetap ‘merakyat’. Yang menurut saya agak disayangkan dari lagu ini adalah pemilihan nada dasar. Mungkin kalau nada dasarnya diturunkan 1 atau 1,5, Higin bisa lebih intens di nada-nada rendah dan lebih leluasa untuk bikin improvisasi dengan nada tinggi di bagian reff. Well. Nggak tahu juga si :p
Nilai: 8
Nilai: 8
Track 8: Membiru
Sebagai penutup, lagu ini oke karena nadanya semacam menyimpulkan semua lagu-lagu yang sudah ada sebelumnya. Reff-nya relatif gampang dinyanyiin. Di satu sisi, kesannya jadi agak monoton, tapi di sisi lain, kayanya jadi enak buat sing along bareng penonton. Kalau mau dibikin video klip.. agak meragukan karena konsep ceritanya menurut saya kurang jelas. Tapi buat perform nyante, misal akustikan atau minus one, lagu ini pas banget. Satu hal yang menurut saya ‘aneh’ dari lagu ini, solo gitar di antara verse 1 dan 2 dan di akhir tu malah lebih keren dibandingkan interlude yang harusnya di-pol-pol-in gitaran. Entahlah. Fedi ngerasa gitu juga nggak ya... Kalau ngerasa, berarti perasaan kita sama. Kalau perasaannya sama, mungkin kita berjodoh ... *dilempar semangka sama 178,931 followers*
Nilai: 7.5
Nilai: 7.5
Baiklah. Itu review track-by-track. Secara keseluruhan, ada beberapa kesan:
Pertama, saya puas :) Despite beberapa usulan untuk beberapa lagu seperti sudah ditulis di atas, as average, this album get a score of 8.4 out of 10. Materinya bagus: koheren, terkonsep, dan arahnya lumayan jelas, tapi juga masih banyak surprise yang bikin album ini jauh dari membosankan :)
Kedua, yang keren juga, semua lagu punya ciri masing-masing, nggak ada yang mirip-mirip. Dan meskipun beda-beda, tapi tetap koheren –ada dalam satu frame. Penting itu.
Ketiga, beda sama album-album terdahulu yang gitarnya cenderung digenjreng, album ini lumayan banyak solo gitarnya. Dan terdengar oke. Bikin Fedi jadi semakin crush-able *blush*. Misal suatu saat Garasi main totally live trus saya nonton live dan ternyata solo gitarnya Fedi bisa lebih 'meraung' dari ini, mungkin saya bakal mati bahagia di tempat :p
Keempat, menurut saya Garasi dengan vokalis Higin akan safe2 saja. Kalau Higin bilang dia nggak takut dibanding-bandingkan dengan Aiu karena toh Garasi sekarang formatnya beda, i think he’s not being ‘sombong’, he’s just telling an objective truth.
Kelima, as i said to a friend, these songs may sound different to different ears, therefore lead to different feelings and perceptions. However, whatever the feelings and perceptions are, the-ones-who-know will always found that Garasi is a great band, and that having faith in Garasi’music is a failure-free long term investation :)
Apa lagi ya..
Well. It’s done, i guess :) Ditutup dengan pantun *latian, mau bikin grup lenong*
Ada buah semanggi belinya di Tarakan. Belilah “Kembali” yang ori, jangan yang bajakan.
Makan apel fuji sambil nongkrong di kali. Album “Kembali” punya Garasi, puasnya mah garansi :D
No comments:
Post a Comment