Tuesday, 1 November 2016

Ada kalanya

Ada kalanya pagi hari menjadi saat yang berat. Saat kerinduan yang tak tersampaikan menjadi mimpi yang mengesalkan saat mimpi itu terhenti. Saat matahari masih berada di balik dinding-dinding rumah dan pepohonan tapi saya sudah harus bersiap-siap mandi. Saat menengok papan catatan harian di dinding dan melihat daftar pekerjaan hari ini. Saat saya menyalakan musik, ikut bernyanyi, dan kemudian kesal mendengar suara saya sendiri yang saat pagi masih seperti suara kodok puber yang belum dikebiri.
Tapi ada kalanya pagi hari menjadi saat yang dinanti. Saat saya membuka mata dan ingat bahwa hari ini saya akan bertemu dedek-dedek gemez mahasiswa. Saat membuka aplikasi expense manager dan menemukan bahwa ternyata pengeluaran food and drink belum melebihi anggaran. Saat saya menyadari bahwa masih ada waktu ekstra untuk menyetrika dan berolahraga. Saat mengecek HP dan mendapatkan pesan ucapan selamat pagi yang tak terduga. Saat lagu Addicted to a Memory mulai berbunyi dan akhirnya saya bisa memutuskan untuk.. ya sudahlah, joget aja, nggak usah ikut nyanyi.

Lalu lagi-lagi siang dan sore hari memberi saya saat-saat berat. Saat wi-fi di sekolah tidak lancar karena satu dan lain hal (kata S*nta karena ada UFO). Saat mendadak ingat bahwa ada tugas yang seharusnya dikumpulkan hari itu dan ternyata belum saya kerjakan *ups*. Saat ada pesan yang tidak diharapkan yang mengatakan bahwa saya terlalu banyak online di tempat kerja *zzz kamu tahu apa?* Saat pergi makan siang, merogoh saku jas mencari dompet, tetapi ternyata tidak ada dompet di sana. Saat sedang bermaksud curhat atau menyampaikan aspirasi dan malah balik dicurhatin atau ditolak mentah-mentah dengan argumen non evidence-based penuh distorsi kognitif hingga berakhir dengan membatin, “Halah yombuh karepmu. Aku mbalik TRGan wae. Hih!” Saat ngabsen dan mesin absen sidik jari terus-menerus berkata, “coba lagi”kaya saya lagi ikut undian pemenang TTS majalah Bobo. Saat order g*jek untuk pulang sekolah, dan datangnya lamak. Saat mau mandi dan ternyata pembersih muka habis. Saat akan ganti baju tapi baju yang ingin dipakai masih di tumpukan baju kotor.
Tapi siang dan sore hari bisa juga menjadi momen-momen interaksi yang inspiratif. Saat ada presentasi ilmiah yang disajikan lengkap, dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan menjadi bahan diskusi yang menarik. Saat ada dialog-dialog tentang sekolah, idealisme, dan rencana-rencana di masa depan yang diselingi dengan curcol nggak jelas sambil joget katarsis atau role play menirukan makhluk-makhluk yang sedang dibicarakan. Saat ternyata ada yang mau bayarin dulu saat saya lupa bawa dompet ke tempat makan. Saat mendapat e-mail yang menginformasikan bahwa saya diterima untuk sesuatu. Saat bisa ng-AC gratisan di tengah panasnya cuaca Denpasar karena saya berada di dalam lingkungan rumah sakit. Saat ada yang bertanya sesuatu dan ternyata saya bisa menjawab meskipun dengan agak sirkumstansia. Saat sweeth tooth saya lagi ngidam sesuatu dan ternyata ada oleh-oleh dari mana kaden yang manis-manis di atas meja ruang residen. Saat saya lupa apa saja yang perlu disiapkan untuk presentasi ilmiah, dan ada dedek-dedek gemez pencemas tapi siaga yang siap membantu. Saat mesin absen sidik jari tumben mau bekerja sama dan hanya satu atau dua kali mengatakan “coba lagi”, dan selanjutnya langsung “oke!” Saat bapak g*jek datang cepat beserta atributnya yang lengkap untuk mengantar saya pulang sekolah dengan selamat.

Lalu malam hari kembali memberi saya momen-momen berat. Saat saya menemukan di FB bahwa si kampret (tapi ganteng) nge-like2 doang tapi tak kunjung datang padahal I’m in a huge need of a good long hug. Saat menghitung pengeluaran dan ternyata anggaran harus di sana-sini disesuaikan. Saat saya duduk diam dan merasa kelelahan karena dari sekian puluh hal yang saya usahakan, belum satupun memberikan hasil seperti yang diharapkan; tapi saya masih tetap harus bertahan. Saat pesan yang saya tunggu tidak datang dan yang datang malah yang tidak saya nantikan. Saat back pain hanya terlegakan dengan berbaring, dan ujung-ujungnya sampai pagi saya ketiduran.
Tapi malam hari juga bisa menjadi momen penuh rasa syukur. Saat saya bisa meyakini bahwa beberapa hasil memang perlu waktu untuk menampakkan diri. Saat Bu Susi, Pak Pur, atau Dik Pungki pamer habis beli sesuatu dan tampak sangat menikmati apa yang dibeli. Saat Dendy tiba-tiba kesambet dan beralih topik dari cerita perjuangan akreditasi tanpa henti menjadi kuliah tentang broadway, vlog youtube popular, atau pembahasan konser artis 90an yang akan datang ke sini. Saat teman-teman saya para ibu muda perkasa berbagi foto dan cerita tentang bocah-bocah lucu yang sudah mulai pecicilan dan lari sana-sini. Saat saya bisa berbagi mimpi dan cerita tentang sekolah atau pekerjaan dengan mbak-mbak cerdas berkepribadian diselingi rumpi-rumpi tentang mas-mas lucuk atau mau ke mana setelah tahap ini. Saat saya bisa tidur dalam keadaan sudah mandi.

Jadi begitulah.
Semuanya sementara, dan itu tidak jelek juga. Semuanya akan cenderung berimbang, dan itu tidak apa-apa. Saya sudah punya semua hal penting yang saya perlukan. Setidaknya sampai titik ini, saya bisa bilang: saya bahagia; dan seringkali, itu sudah cukup. 

No comments:

Post a Comment