Meskipun saya sadar bahwa saya punya otak yang sangat cerewet yang susah diam, saya biasanya cenderung beranggapan bahwa kecerewetan itu tidak akan bermanifestasi dalam bentuk konkrit. Selama sekitar 22 tahun saya hidup, saya cenderung menganggap diri saya sebagai orang dengan minat dan skill yang relatif terbatas. Tapi sekitar 2-3 tahun terakhir ini saya menemukan bahwa ternyata dengan membiarkan diri saya melakukan sedikit ‘penyimpangan’, saya sebenarnya bisa menjadi seseorang yang cukup multitasking karena bagaimanapun, i always have too many things inside my head and they need to be let exploding sometimes :D
Yah. Selalu ada dua sisi untuk setiap cerita, termasuk tentang ke-multi-tasking-an ini, pasti ada positif dan negatifnya. Mari kita lihat sisi positifnya dulu.
Positifnya, saya jadi tidak lagi terlalu takut untuk mengurus anak. Hehe.
Selama ini saya cenderung malas membayangkan menjadi ibu karena saya tidak cukup PD dengan kemampuan multi-dimensional tasking saya. Padahal yang saya lihat, untuk menjadi ibu, sepertinya seseorang harus bisa melakukan APA SAJA. Well. I’ve been quite an everything-at-once during these last two years –student, daydreamer, event organizer, businesswoman, writer, doctor, singer, crafter, tarot reader, secretary, music reviewer, housewife, etc.- and i’m kinda confident, i guess ;)
![]() |
Guess who wear this cool colorfull skirt.. :p |
Yang kedua, saya jadi merasa lebih PD dalam bersosialisasi.
Tanpa sadar melakukan berbagai hal yang out-of-my-routines membuat saya terpapar dengan banyak orang2 yang tak terduga, dan ternyata saya bisa beradaptasi dengan mereka tanpa harus menjadi mereka. Mendadak hidup saya -yang sebenarnya sudah cukup berwarna- jadi semakin berwarna, dan ternyata punya banyak warna nggak selalu norak juga. Hehe. Banyak ide-ide yang semula dorman di dalam kepala saya jadi terbangkitkan dan beberapa di antaranya benar-benar terlaksana. That just feels great :D
Bagaimanapun, saya jadi terrified juga, karena -negatifnya- ke-multi-tasking-an ini membuat saya kebingungan menentukan arah. Banyak minat, semua sepertinya sama menariknya, sama2 memiliki peluang yang bagus untuk membuat saya berkembang. Untungnya, saya menganggur cukup lama sehingga punya banyak waktu untuk ujicoba ini itu dan berpikir tentang yang paling sesuai untuk saya. Dari hasil pemikiran selama beberapa waktu itu, akhirnya saya bisa menyortir beberapa hal yang sepertinya bukan merupakan ‘panggilan alam’ saya:
Pertama, berbisnis. Untuk hampir segala hal, saya cenderung tidak suka berhitung. Saat berbisnis, otomatis harus berhitung. Selain itu saya juga tidak terlalu suka melihat orang membayar untuk kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya tersier atau bahkan mungkin bukan benar-benar kebutuhan. Seperti ada perasaaan ironis: di satu tempat orang beramai-ramai memboroskan sumber daya (uang. Listrik, air, dll), padahal di tempat lain masih kekurangan hal-hal yang mungkin sebenarnya primer. Rasanya tidak terlalu adil, dan jadi tidak terlalu nyaman juga rasanya...
Kedua, being a fashion enthusiast. Saya memang suka beli baju dan bereksperimen mix and match dengan baju-baju yang saya punya sih sebenarnya. Well. Kalau saya sedang punya banyak waktu. Seringnya, saya tidak punya banyak waktu. Hehe. So, no, i’m not a fashion enthusiats, i guess ;)
Tiga, being a crafter –knitting, making accessories, adding some crazy hand-mades to my clothes/bags... Kegiatan ini kadang-kadang menghasilkan uang sih, tapi sejauh ini saya tidak terlalu merasa terstimulasi untuk belajar lebih banyak. Padahal kalau nggak belajar, saya cenderung cepat bosan. Dan yah .. i’m bored already right now. Hehe.
already-made hand mades :D |
Empat, and this may be surprising, berpaduan suara. Tentu saja saya tidak lost interest pada singing-nya; it’s my nature call, i can never get bored of it. Bagaimanapun, menyanyi itu sepertinya hanya menyusun sekitar 30% dari berpaduan suara, atau bahkan kurang. Berpaduan suara butuh determinasi, toleransi, koneksi, interaksi yang kontinyu antar anggotanya, dan yang paling penting: kesamaan visi. It’s hard to keep the choir going without all those things. Sayangnya, it’s also hard to have all those things maintained at approximately the same level for all times, jadi .. gitu lah. Berpaduan suara pasti ada pasang surutnya, dan buat saya sekarang sedang masa surut, entah kapan akan pasang lagi. Hehe. Akhir-akhir ini rasanya paduan suara lebih banyak digunakan sebagai sarana eksistensi dan prestis, dan bukan sarana belajar. Berbagai penampilan kejar tayang tanpa ada pembahasan mendalam tentang apa yang salah dan bagaimana seharusnya yang benar.. well. Itu agak melelahkan. Poto sana, poto sini, evaluasinya kapan? Ga ada evaluasi, ga belajar. Ga belajar, ga ada perkembangan. Ga ada perkembangan, bosan. Kl udah bosan, ya udah de jd males. Hihi
Yah.
Things change. Now I’m 25, a doctor (finally :p), and need to make decision. Haha. Well, i made it already, dan saya sudah siap menanggung segala konsekuensi dari keputusan itu. Ini termasuk jika harus mengeliminasi hal-hal yang saya suka (atau pernah saya suka, seperti empat hal di atas) atau meninggalkan Jogja yang penuh inspirasi dan ide-ide gila ini. Haha. Bagaimanapun, it was always nice to be reminded that i always (and will always) have too many thingsinside my head coz life is seriously too super short and boring when you only walk straight and never twist and turn . I had great times being ‘crazy’, and with a good reminder, i guess can always repeat it again everytime i want to :D
The good reminder: "Too many things inside my head" - artwork by Mbak Ria Papermoon |
Copied with permission from http://kuwacikecil.blogspot.com/
dan saya menyebut artikel di atas sebagai sebagian dari pengenalan akan "passion" diri sendiri. ahahah. nice! saya pun sedang dalam proses per-sortir-an item2 di list passion yang sudah mulai tau akan mengarah ke mana pengembangan itu. tapi belum mau saya uber2 ke luar aahhh,, masih ada beberapa pihak yang rencananya akan saya jadikan "hal itu" sebagai surprise kepadanya nanti. :D
ReplyDelete*saya? formal skali! padahal cuman ngomong ama mbak inke ini :p