Sebagai makhluk dengan ciri kepribadian (bukan gangguan) anankastik dapatan (bukan kongenital. Ingat,
BUKAN kongenital), saya punya kecenderungan yang cukup tinggi untuk terorganisir
dan terencana. Bagaimanapun, ada kalanya kecenderungan itu membatasi saya untuk
bertindak spontan dan mengambil risiko yang kadang perlu diambil untuk bisa
mendorong perubahan ke arah yang lebih baik. Secara umum saya masih bisa cukup
sering mengingat untuk tetap mencoba hal-hal baru sambil tetap terorganisir,
tapi… mungkin dua tahun terakhir ini saya cenderung lebih ‘membabibuta’ dalam melakukan ini itu.
Mungkin karena saya penasaran bagaimana rasanya menjadi terorganisir dan
terencana sesuai skema yang ‘digariskan’ oleh orang lain, dan bukan diri saya
sendiri. Mungkin karena saya ingin mencoba mengikuti "aliran kepercayaan" go with the flow, and
see where it goes. Mungkin saya penasaran apa yang terjadi saat saya membalik
tampilan luar saya yang mungkin biasanya tampak ceroboh tapi di dalam
sebenarnya cukup teliti; menjadi suatu pencitraan dengan tampilan teliti tapi
di dalam sebenarnya ceroboh kaya bos yang itu. Mungkin karena saya ingin
menguji seberapa jauh saya bisa bertahan saat saya tidak jadi diri saya sendiri.
Ternyata…
Saya nggak suka. Haha.
Saya tidak keberatan dengan trend. Saya tidak keberatan
mengamati trend, atau mengikutinya sampai batas tertentu, tapi… terlalu banyak
yang diikuti hanya karena sekedar mengikuti ternyata (buat saya) melelahkan.
Saya justru jadi merasa kapasitas saya untuk bertindak jadi terbatas saat ada
banyak yang saya ikuti, tapi tidak ada yang bisa saya dalami. Penggunaan media sosial
bisa jadi contoh yang cukup bagus terkait kecenderungan ikut-sana-ikut-sini-tanpa-ada-yang-didalami
ini, at least in my case.
Selama dua atau tiga tahun terakhir ini ada banyak medsos
yang silih berganti mencapai popularitas. Dalam satu jenis medsos pun, kecenderungan
pemanfaatannya oleh para penggunanya bisa berbeda-beda dari tahun ke tahun. Ada
beberapa medsos (atau apa lah istilahnya, pokoknya yang buat berbagi ini itu ke
publik gitu) yang saya ikuti, dan… setelah sempat beberapa lama sekedar melakukan
apa yang mungkin biasa dilakukan orang dengan medsos itu, pada titik ini,
akhirnya saya merasa bahwa... saya perlu menata ulang kemunculan saya di
medsos agar lebih goal-directed. Saya ingin merasa lebih bisa menjadi diri
sendiri; yang suka kumat-kumatan sintingnya, tapi masih dalam lingkup yang
cukup tertata dan bertujuan. Semacam… a well-arranged chaotic representation
gitu.
Jadi… berikut ini sejumlah medsos di mana saya ada di
dalamnya, dan sedikit cerita tentang bagaimana saya berencana menggunakan
medsos-medsos ini untuk beberapa waktu ke depan.
Mengurus musik
Saya bukan musisi, saya penyanyi. Saya berharap suatu saat
bisa membuat musik saya sendiri, tapi saat ini belum bisa. Sebagai penyanyi
pun, sekian tahun terakhir lebih banyak saya habiskan di paduan suara yang
seringkali bernyanyi tanpa mic, yang artinya saya relatif tidak mengakrabi
teknologi perekaman atau semacamnya. Pada saat seperti sekarang ini, saat saya
tidak terlibat di paduan suara apapun, yang bisa saya lakukan adalah
karaoke-an. Karena mager kendala logistik tertentu, saya tidak bisa
sering-sering ke tempat karaoke di sini, tapiiii ada aplikasi karaoke bernama
Sing! (atau lebih sering saya bilang sebagai Smule, meski Smule sebenarnya
punya lebih dari satu aplikasi). Kanal saya ada di sini, silakan di-play, beri
komentar, follow, atau mungkin share kalau mau; agar ada feedback untuk
pembelajaran saya dalam menyanyi.
Di masa depan, kalau saya mungkin sudah punya
kapasitas untuk merekam atau mungkin membuat musik saya sendiri dalam bentuk
audio, akun Soundcloud saya akan bisa lebih diberdayakan lagi. Kalau lebih jauh
lagi saya bisa membuat video, akun Youtube professionallypersonal mungkin juga akan jadi
lebih berguna. Untuk sekarang, mungkin saya optimalkan di akun youtube yang
satu lagi (lihat penjelasan di bawah)
Belajar (tampak) professional
Saya punya akun Linkedin yang jarang saya buka karena di
situ tercantum durasi pendidikan yang saya jalani saat ini, yang bisa membuat
saya cukup sedih saat melihatnya; mungkin nanti akan saya bereskan dan
optimalkan lagi untuk menyusun jejaring professional saat saya sudah ‘masuk
hutan’ setelah lulus nanti.
Saya juga punya akun Upwork yang awalnya saya
harapkan bisa membantu saya bekerja sambil belajar tulis-menulis, tapi ini juga
relatif tidak bekerja dengan baik.
Mungkin yang saat ini sudah mulai ‘digerakkan’ terkait
belajar (tampak) professional ini adalah akun Youtube "Inke Kusumastuti". Jadi ceritanya,
salah satu hal yang sering saya dengar selama menempuh pendidikan adalah adanya
kendala bahasa pada para peserta didik (atau mungkin para tenaga professional lain),
yang membuat mereka jadi kesulitan saat harus mendapatkan ilmu dengan membaca
buku teks berbahasa Inggris. Akun berisi video-video pembelajaran ini saya harap bisa menjadi semacam
pijakan awal untuk membantu menambah pengetahuan. Kalaupun ada banyak sekali
hal yang tidak tercakup di situ, mudah-mudahan adanya kolom komentar atau
e-mail yang tercantum di situ bisa dipergunakan untuk memfasilitasi diskusi ke
arah yang TIDAK SESAT, sehingga sebisa mungkin semua sama-sama enak. Jika
mungkin benar-benar dianggap membantu, silakan video-video kanal youtube ini
juga di-share, like, comment, subscribe… yang gitu-gitu lah pokoknya :D
Memperjelas ketidakjelasan
Saya merasa saya orangnya suka nggak jelas and I kinda like
it, actually. Dalam rangka mempertahankan eksistensi bagian dari diri saya yang
saya suka itu, saya punya setidaknya dua media: blog ini dan Instagram. Blog
ini berfungsi menampung ekspresi ketidakjelasan saya dalam bentuk verbal,
sementara Instagram menjadi cara yang sejauh ini cukup menyenangkan untuk menyebarkan
ketidakjelasan dalam bentuk gambar (dan sedikit kata-kata, mungkin). Saya cukup
yakin ketidakjelasan ini tidak membantu, jadi ya… seikhlasnya lah kalau mau
ngecek, komen, follow atau semacamnya; dan semoga Anda tetap berada di bawah
lindungan Tuhan meski mungkin sudah terlibat dalam arus ketidakjelasan :p
Aspek lain
Selain menata apa yang saya bagi di mana, saya juga sedang
berusaha untuk mengatur frekuensi acara bagi-bagi tersebut. Blog dan/atau
youtube untuk video belajar saya usahakan ada update baru setiap dua minggu
hingga satu bulan. Instagram dan Sing! akan di-update kurang lebih seminggu
sekali. Acara rapi-rapi atau cek media-media lain yang saya sebutkan di atas,
diusahakan terjadi sebulan sekali. Yah. Pokoknya berusaha lebih terpola dan
bertujuan, biar nggak ‘hilang’.
Selain mengatur frekuensi pembagian sembako post yang
mungkin berguna, saya juga masih punya Twitter, dan saya bisa nge-tweet kapan
saja; atau kadang saya cek kalau saya merasa ingin lihat berita baru. Perasaan
ingin tahu berita baru ini mungkin terjadi satu atau dua minggu sekali, jadi ya
kira-kira sesering itulah saya akan baca Twitter secara ‘khusyuk’ kalau tidak
sedang ingin nge-tweet.
Saya juga masih mempertahankan akun Facebook yang mungkin
akan lebih sering digunakan untuk penggalangan dana/edukasi massa (kalau sedang
diperlukan), atau saat ada sesuatu yang menurut saya perlu dipromosikan.
Ada
juga dating app yang… jadi tidak menarik setelah saya move on dari mas-mas
nggak jelas dan kembali ke ibadah TRGan atau mungkin akhir-akhir ini EDMan
bersama dedek Anton; jadi yang ini saya buka seikhlasnya.
Yah. Begitulah.
I’m working on it J
No comments:
Post a Comment