Wednesday, 28 June 2017

Merapikan media sosial

Sebagai makhluk dengan ciri kepribadian (bukan gangguan) anankastik dapatan (bukan kongenital. Ingat, BUKAN kongenital), saya punya kecenderungan yang cukup tinggi untuk terorganisir dan terencana. Bagaimanapun, ada kalanya kecenderungan itu membatasi saya untuk bertindak spontan dan mengambil risiko yang kadang perlu diambil untuk bisa mendorong perubahan ke arah yang lebih baik. Secara umum saya masih bisa cukup sering mengingat untuk tetap mencoba hal-hal baru sambil tetap terorganisir, tapi… mungkin dua tahun terakhir ini saya cenderung lebih ‘membabibuta’ dalam melakukan ini itu. Mungkin karena saya penasaran bagaimana rasanya menjadi terorganisir dan terencana sesuai skema yang ‘digariskan’ oleh orang lain, dan bukan diri saya sendiri. Mungkin karena saya ingin mencoba mengikuti "aliran kepercayaan" go with the flow, and see where it goes. Mungkin saya penasaran apa yang terjadi saat saya membalik tampilan luar saya yang mungkin biasanya tampak ceroboh tapi di dalam sebenarnya cukup teliti; menjadi suatu pencitraan dengan tampilan teliti tapi di dalam sebenarnya ceroboh kaya bos yang itu. Mungkin karena saya ingin menguji seberapa jauh saya bisa bertahan saat saya tidak jadi diri saya sendiri. Ternyata…

Saya nggak suka. Haha.

Saya tidak keberatan dengan trend. Saya tidak keberatan mengamati trend, atau mengikutinya sampai batas tertentu, tapi… terlalu banyak yang diikuti hanya karena sekedar mengikuti ternyata (buat saya) melelahkan. Saya justru jadi merasa kapasitas saya untuk bertindak jadi terbatas saat ada banyak yang saya ikuti, tapi tidak ada yang bisa saya dalami. Penggunaan media sosial bisa jadi contoh yang cukup bagus terkait kecenderungan ikut-sana-ikut-sini-tanpa-ada-yang-didalami ini, at least in my case
Selama dua atau tiga tahun terakhir ini ada banyak medsos yang silih berganti mencapai popularitas. Dalam satu jenis medsos pun, kecenderungan pemanfaatannya oleh para penggunanya bisa berbeda-beda dari tahun ke tahun. Ada beberapa medsos (atau apa lah istilahnya, pokoknya yang buat berbagi ini itu ke publik gitu) yang saya ikuti, dan… setelah sempat beberapa lama sekedar melakukan apa yang mungkin biasa dilakukan orang dengan medsos itu, pada titik ini, akhirnya saya merasa bahwa... saya perlu menata ulang kemunculan saya di medsos agar lebih goal-directed. Saya ingin merasa lebih bisa menjadi diri sendiri; yang suka kumat-kumatan sintingnya, tapi masih dalam lingkup yang cukup tertata dan bertujuan. Semacam… a well-arranged chaotic representation gitu.

Jadi… berikut ini sejumlah medsos di mana saya ada di dalamnya, dan sedikit cerita tentang bagaimana saya berencana menggunakan medsos-medsos ini untuk beberapa waktu ke depan.


Mengurus musik
Saya bukan musisi, saya penyanyi. Saya berharap suatu saat bisa membuat musik saya sendiri, tapi saat ini belum bisa. Sebagai penyanyi pun, sekian tahun terakhir lebih banyak saya habiskan di paduan suara yang seringkali bernyanyi tanpa mic, yang artinya saya relatif tidak mengakrabi teknologi perekaman atau semacamnya. Pada saat seperti sekarang ini, saat saya tidak terlibat di paduan suara apapun, yang bisa saya lakukan adalah karaoke-an. Karena mager kendala logistik tertentu, saya tidak bisa sering-sering ke tempat karaoke di sini, tapiiii ada aplikasi karaoke bernama Sing! (atau lebih sering saya bilang sebagai Smule, meski Smule sebenarnya punya lebih dari satu aplikasi). Kanal saya ada di sini, silakan di-play, beri komentar, follow, atau mungkin share kalau mau; agar ada feedback untuk pembelajaran saya dalam menyanyi. 
Di masa depan, kalau saya mungkin sudah punya kapasitas untuk merekam atau mungkin membuat musik saya sendiri dalam bentuk audio, akun Soundcloud saya akan bisa lebih diberdayakan lagi. Kalau lebih jauh lagi saya bisa membuat video, akun Youtube professionallypersonal mungkin juga akan jadi lebih berguna. Untuk sekarang, mungkin saya optimalkan di akun youtube yang satu lagi (lihat penjelasan di bawah)

Belajar (tampak) professional
Saya punya akun Linkedin yang jarang saya buka karena di situ tercantum durasi pendidikan yang saya jalani saat ini, yang bisa membuat saya cukup sedih saat melihatnya; mungkin nanti akan saya bereskan dan optimalkan lagi untuk menyusun jejaring professional saat saya sudah ‘masuk hutan’ setelah lulus nanti. 
Saya juga punya akun Upwork yang awalnya saya harapkan bisa membantu saya bekerja sambil belajar tulis-menulis, tapi ini juga relatif tidak bekerja dengan baik.
Mungkin yang saat ini sudah mulai ‘digerakkan’ terkait belajar (tampak) professional ini adalah akun Youtube "Inke Kusumastuti". Jadi ceritanya, salah satu hal yang sering saya dengar selama menempuh pendidikan adalah adanya kendala bahasa pada para peserta didik (atau mungkin para tenaga professional lain), yang membuat mereka jadi kesulitan saat harus mendapatkan ilmu dengan membaca buku teks berbahasa Inggris. Akun berisi video-video pembelajaran ini saya harap bisa menjadi semacam pijakan awal untuk membantu menambah pengetahuan. Kalaupun ada banyak sekali hal yang tidak tercakup di situ, mudah-mudahan adanya kolom komentar atau e-mail yang tercantum di situ bisa dipergunakan untuk memfasilitasi diskusi ke arah yang TIDAK SESAT, sehingga sebisa mungkin semua sama-sama enak. Jika mungkin benar-benar dianggap membantu, silakan video-video kanal youtube ini juga di-share, like, comment, subscribe… yang gitu-gitu lah pokoknya :D

Memperjelas ketidakjelasan
Saya merasa saya orangnya suka nggak jelas and I kinda like it, actually. Dalam rangka mempertahankan eksistensi bagian dari diri saya yang saya suka itu, saya punya setidaknya dua media: blog ini dan Instagram. Blog ini berfungsi menampung ekspresi ketidakjelasan saya dalam bentuk verbal, sementara Instagram menjadi cara yang sejauh ini cukup menyenangkan untuk menyebarkan ketidakjelasan dalam bentuk gambar (dan sedikit kata-kata, mungkin). Saya cukup yakin ketidakjelasan ini tidak membantu, jadi ya… seikhlasnya lah kalau mau ngecek, komen, follow atau semacamnya; dan semoga Anda tetap berada di bawah lindungan Tuhan meski mungkin sudah terlibat dalam arus ketidakjelasan :p

Aspek lain
Selain menata apa yang saya bagi di mana, saya juga sedang berusaha untuk mengatur frekuensi acara bagi-bagi tersebut. Blog dan/atau youtube untuk video belajar saya usahakan ada update baru setiap dua minggu hingga satu bulan. Instagram dan Sing! akan di-update kurang lebih seminggu sekali. Acara rapi-rapi atau cek media-media lain yang saya sebutkan di atas, diusahakan terjadi sebulan sekali. Yah. Pokoknya berusaha lebih terpola dan bertujuan, biar nggak ‘hilang’.
Selain mengatur frekuensi pembagian sembako post yang mungkin berguna, saya juga masih punya Twitter, dan saya bisa nge-tweet kapan saja; atau kadang saya cek kalau saya merasa ingin lihat berita baru. Perasaan ingin tahu berita baru ini mungkin terjadi satu atau dua minggu sekali, jadi ya kira-kira sesering itulah saya akan baca Twitter secara ‘khusyuk’ kalau tidak sedang ingin nge-tweet. 
Saya juga masih mempertahankan akun Facebook yang mungkin akan lebih sering digunakan untuk penggalangan dana/edukasi massa (kalau sedang diperlukan), atau saat ada sesuatu yang menurut saya perlu dipromosikan. 
Ada juga dating app yang… jadi tidak menarik setelah saya move on dari mas-mas nggak jelas dan kembali ke ibadah TRGan atau mungkin akhir-akhir ini EDMan bersama dedek Anton; jadi yang ini saya buka seikhlasnya.



Yah. Begitulah.
I’m working on it J


No comments:

Post a Comment