Wednesday, 23 November 2011

singapore travel planning for (beginner) concert-goer :D

Ini adalah cerita tentang perjalanan pertama saya ke luar negeri (meski cuma Singapore :p), di mana saya pergi sendiri. Buat tukang nyasar seperti saya, bisa pulang dengan selamat, bahagia, dan tetap hemat dari perjalanan luar negeri pertama adalah suatu prestasi. Karenanya, saya ingin berbagi cerita. Here we go :D

Jadi.

Perencanaan perjalanan dimulai sekitar 3 bulan sebelum hari H, saat akhirnya saya memutuskan untuk menonton “The Real Group” (TRG) -kelompok vokal favorit saya- yang (saat itu) akan konser di Singapura. Tentu saja saya tidak serta merta memutuskan berangkat. Sempat khawatir juga tentang biaya perjalanannya, mengingat saat itu saya masih belum punya pekerjaan tetap. Bagaimanapun, dengan berbekal keyakinan bahwa “kalau saya benar-benar menginginkannya, seluruh alam semesta pasti akan berkonspirasi membantu saya,” akhirnya saya memutuskan untuk mulai merencanakan perjalanan. 

"kitab suci" pemandu perjalanan :)
Perencanaan diawali dengan menghebohkan kos dengan berita kedatangan om2 favorit saya (tenor-nya TRG) ke Singapura, juga pasang status di FB dan twitter. Ternyata banyak respon dan masukan yang saya dapat :) Ada berbagai info penting, dan saya jadi punya banyak kata kunci untuk mulai googling. Saat iseng ke toko buku untuk beli peta, malah menemukan buku “500 ribu keliling Singapura” yang ditulis mbak Claudia Kaunang. Hna ini sempat bimbang juga mau beli atau enggak –you know, being 25 years old, away from home and jobless could mean totally broke sometimes :p Tapi, setelah dipikir lagi, kalau ngeluarin ‘modal’ <30ribu aja nggak berani, gimana mau berani ngeluarin biaya-biaya buat ke Singapura (yang tentunya bakal habis lebih dari 30 ribu :p)? Jadi ya sudah lah, akhirnya beli. Dan ternyata sama sekali nggak rugi!! Sebaliknya, buku ini recommended banget, apalagi kalau Anda benar-benar blank tentang rencana perjalanan Anda ;)

Setelah mengumpulkan berbagai info, yang saya lakukan selanjutnya adalah merencanakan jadwal dan anggaran dana. Mengingat dana harus se-minim mungkin plus jadwal konser yang berada di hari kerja (13 Oktober, hari Kamis), buat saya, the process was freaking tricky. Haha. Memang waktu itu saya belum kerja, tapi tiga bulan berikutnya? Kan nggak tahu juga.. Jadi dengan asumsi bahwa tiga bulan lagi saya akan bekerja, maka jumlah hari bolos kerja juga harus dibuat seminimal mungkin. Akhirnya diputuskan, saya akan berangkat tanggal 13 pagi, malam nonton konser, besoknya pulang. Nggak pakai belanja-belanja atau foya-foya. Pokoknya fokus, ke Singapura demi nonton konser, dan harus dapat pelajaran banyak dari konsernya.

Baiklah. karena ini judulnya tentang travel planning, saya nggak akan bahas tentang hal-hal yang ada di Singapura. Instead, i'll try to share some things about how to get there. Ada beberapa topik spesifik yang ingin saya bahas lebih lanjut sbb:

Naik pesawat dari mana? pulang ke mana?
Saya berangkat dari Jember, sebuah kota tanpa bandara di Jawa Timur ,yang berjarak 4 jam perjalanan darat ke Surabaya, 8 jam ke  Denpasar, 12 jam ke Jogjakarta, dan entah berapa jam ke Jakarta. Dengan pertimbangan harga tiket plus efisiensi jalur perjalanan darat (biaya, waktu), akhirnya tempat keberangkatan dipilih dari Denpasar. Waktu itu hitung-hitungannya seperti ini:

Denpasar   HTP: 289.000     BPD: 140.000     TB: 429.000     DPD: 8 jam
Surabaya   HTP: >500.000  BPD: +100.000   TB: >600.000  DPD: 4 jam
Jogjakarta  HTP: 439.000     BPD: 150.000     TB: 589.000     DPD: 12 jam
Jakarta  HTP: 249.000     BPD: +250.000   TB: 499.000     DPD: hanya Tuhan yang tahu

Catatan: HTP = harga tiket pesawat ; BPD = Biaya perjalanan darat ; TB = Total biaya ; DPD = durasi perjalanan darat

Lalu untuk pulangnya, akhirnya diputuskan untuk mendarat di Jakarta. Karena saya pulang hari Jumat (weekend), maka tidak terlalu masalah misalkan saya ‘mendarat’ di kota yang durasi tempuh dengan jalur darat-nya lama. Selain itu, ternyata tiket untuk kota-kota yang merupakan tempat wisata (Denpasar, Jogjakarta) harganya mahal mampus. Maka jadilah Jakarta yang dipilih. Alasan lain memilih Jakarta adalah karena saya berencana main ke markas band paporit / nengokin teman yang pada tanggal itu konon kabarnya waktunya melahirkan. Gagal semua sih rencana itu. Akhirnya saya malah ‘nyangkut’ di Bandung, tapi tentunya tetep hepi-hepi dongs :D

Pergi sama siapa?
Ada tiga orang yang jadi kandidat kuat untuk partner perjalanan saya, tapi akhirnya tiga-tiganya nggak jadi. Kandidat pertama sudah males ke singapura karena sudah pernah sampai Jerman (dalam arti sebenarnya). Kandidat kedua terbentur masalah finansial, dan kandidat ketiga ternyata punya jadwal yang tidak bisa ditinggal. Mama saya yang sepertinya agak nggak rela kalau anak ceweknya pergi sendiri -saat berangkat saya udah nggak nge-kos lagi, sudah kembali tinggal di rumah ortu-  sempat mengajukan diri untuk ikut berangkat, tapi saya cenderung menolak dengan pertimbangan bahwa kalau mama saya yang berangkat, sama aja duitnya keluar dari satu kantong. Selain itu, yang namanya ibu2 itu susah kalau nggak belanja, ntar malah duitnya keluar semakin banyak lagi, trus sebulan setelah perjalanan ke Singapura, kita serumah puasa gara-gara nggak punya duit buat beli makan. Hwo ya nggak banget secara saya masih dalam masa pertumbuhan.. Akhirnya, setelah meyakinkan bahwa saya sudah merencanakan baik-baik perjalanan ini -nunjukin jadwal, estimasi budget, daftar barang bawaan, nunjukin bahwa saya punya pengetahuan yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan perjalanan- plus meyakinkan bahwa saya di sana menginap di rumah teman SMP saya (ya rencananya awalnya si begitu :p), akhirnya boleh deh pergi sendiri :D

Menginap di mana?
Pilihan pertama untuk penginapan adalah backpacker hostel yang infonya bisa didapat dengan cukup lengkap di buku “500 ribu keliling Singapura”. Berdasarkan pertimbangan tarif, kedekatan hostel dengan lokasi konser, dan beberapa kriteria yang didaftar di buku, akhirnya saya menandai tiga hostel sebagai kandidat tempat menginap. Belum langsung booking karena toh masih tiga bulan. Pikir saya sih, nanti saja kalau sudah dekat waktunya berangkat. Ya.. fine lah.
Kira-kira sebulan menjelang berangkat, Wulan, teman SMP saya yang tinggal di Singapura menawarkan saya untuk menginap di rumahnya. Karena saat itu saya sudah nyaris positif berangkat sendiri, tentu saja saya senang bisa mendapatkan tawaran untuk menghemat biaya ini. Pikir saya, kan saya mbak2 pendiam, baik-baik, dan nggak rakus-rakus amat, jadi kalau sehari numpang di rumah orang, kayanya nggak bakal ngerepotin banget lah, jadi ya nggak pa-pa kalau numpang. Dengan menyebutkan bahwa saya tidak menginap di hostel ini juga-lah akhirnya saya bisa meyakinkan orang tua saya untuk memperbolehkan saya pergi sendiri :)
Central Mall - 100 meter dari penginapan
Bagaimanapun, rencana berubah ketika seminggu sebelum berangkat, teman saya bilang bahwa ternyata rumahnya tidak available. Maka kemrungsunglah saya ‘membongkar2’ lagi daftar hostel yang sebelumnya sudah saya lupakan. Haha. Untung bingungnya nggak lama, dan langsung bisa kirim e-mail untuk pemesanan. Sambil menunggu balasan, saya juga minta rekomendasi penginapan ke Dimas, teman SMA saya  yang tinggal di sana, dan juga tetap tanya-tanya ke Wulan (yang memberikan view yang tidak ditulis di buku tentang hostel-hostel kandidat itu –great info :D). Dimas kemudian menawarkan Rucksack Inn –hostel yang tidak ada di list saya. Harganya selisih 12 SGD dengan hostel-hostel kandidat lainnya, tapi konon lokasinya lebih tenang, aman, dan service-nya lebih terjamin. Setelah googling sebentar ke web Rucksack Inn, akhirnya saya pun mengirim e-mail untuk pesan kamar. E-mail dibalas, saya sreg dengan harga, sistem booking, dan pembayarannya, ya sudah akhirnya menginap di sana :)

Barang bawaan
Dua hal penting yang harus Anda bawa adalah uang dan dokumen perjalanan. Uang di sini maksudnya uang rupiah, dan juga sejumlah dollar singapura. Akan lebih baik kalau sudah bawa SGD dari Indonesia, jadi kalau di sana tiba tiba-tiba harus mengeluarkan uang, nggak usah pontang-panting cari money changer. Ya di bandara Changi ada sih money changer, tapi jalannya ke sana itu yang males. Mungkin tempatnya nggak terlalu jauh dari terminal kedatangan, tapi kalau bawa ransel 6 kg tu rasanya jarak yang dekat aja jadi jauh.. Selain itu, dokumen perjalanan juga jangan lupa: paspor, KTP, e-ticket pesawat yang sudah di-print, dan peta tujuan (kalau ada).
my 1st e-ticket :)
Barang bawaan lainnya standar sih. Tapi karena saya nggak beli bagasi pesawat, jadi agak insecure juga. Takutnya nanti bawaan saya kebanyakan dan nggak boleh masuk kabin. Akhirnya saya bikin daftar dan sempat beberapa kali menimbang ransel saya sebelum berangkat. Hehe. Daftar barang bawaan saya bisa dilihat di sini, kali aja berguna untuk pengngat kalau Anda mau bepergian. Buat saya, daftar ini akhirnya saya simpan dan –dengan beberapa penyesuaian- tetap terpakai di perjalanan2 selanjutnya :)

Sumber dana
As said, waktu itu saya jobless, jadi mengumpulkan dana sebesar hampir empat juta rupiah itu nggak gampang juga (biaya sudah termasuk termasuk paspor, tiket konser untuk dua orang, tiket pesawat, penginapan, biaya makan  –semua lah pokoknya, dari Jember sampai balik ke Jember lagi). Well. Nggak 100% jobless sih, karena saya punya kerja freelance yang –ajaibnya- jadi banyak order menjelang keberangkatan saya ke Singapura :) Selain kerja freelance dan beberapa income tak terduga lainnya -Thx God :D-, saya juga memberanikan diri berhutang ke dua orang teman yang baik hati dan bersedia memberikan hutang tanpa deadline pembayaran. Hehe. Untungnya, saya akhirnya dapat pekerjaan tetap, dapat gaji, dan order juga masih lumayan lancar, sehingga hutang ke dua teman itu bisa lunas kira-kira sebulan setelah hari H konser. Ortu saya juga ngasi uang saku sih waktu saya berangkat. Meskipun mereka nggak menghitung ini sebagai hutang, tapi saya berusaha ‘membayar’ ini juga. Belum selesai sih yang ini, tapi insya Allah bulan depan bisa selesai :) Entahlah. Mungkin saya beruntung. Mungkin juga Tuhan nggak tega mengecewakan saya yang sudah segitu yakinnya bahwa Dia akan membantu saya. Well. Apapun itu, saya bisa berangkat dan menyelesaikan semua pembayaran tepat waktunya, dan saya bersyukur :)
(akhirnya bisa) minta tanda tangan ke om-om paling ganteng sedunia :D

Yah. Begitulah ceritanya :D
Ini saya lampirkan juga rancangan jadwal dan anggaran saya (silakan klik di sini), yang merupakan bukti nyata –setidaknya buat saya- bahwa kalau Anda berhasil merencanakan, maka rencana Anda akan berhasil. Karena sesungguhnya, keberuntungan itu akan datang pada orang-orang yang yakin dan berusaha.

Jadi.

Ada kerja ada rencana, mimpi setinggi apapun bisa jadi nyata.
Selagi masih muda dan bisa, jangan ragu untuk jalan-jalan melihat dunia ;)
cover dalam "kitab suci", bertanda tangan om2 tante2 TRG :D


No comments:

Post a Comment