Biasa. Saat kita sudah mempertahankan suatu kebiasaan
selama beberapa lama dan kebiasaan itu berubah, pasti ada rasa cemas. Dalam
urusan penerjemahan buku ini, yang terjadi juga seperti itu. Sekitar 7 bulan
terakhir –oke, yang mulai intens sih sebenarnya baru 3-4 bulan :p – saya pergi
tidur dengan pikiran, “besok harus selesai sampai halaman sekian” atau “besok
harus kirim bab sekian”; dan sejenisnya. Sekarang, tidak ada lagi halaman yang
saya targetkan harus selesai, atau bab tertentu yang harus saya kirim. Rasanya
aneh, seperti ada yang kosong. Hehe. Terlebih lagi, satu hal yang baru saya
sadari di akhir masa menerjemahkan, kegiatan ini ternyata punya beberapa implikasi yang signifikan..
![]() |
si hitam "Biomedical Science", translated :) |
Pertama, menerjemahkan buku ternyata sudah jadi ‘identitas’
saya; dan karena saya sekarang tidak melakukan hal itu lagi, akhirnya saya
kehilangan identitas. Sebagaimana umumnya orang yang nggak punya identitas,
muncullah yang namanya galau. Mau nggak mau, saya harus cari identitas baru,
dan yah.. masih mencari. Haha
Kedua, menerjemahkan ternyata jadi pelarian saya dari
pembicaraan tentang topik-topik yang saya nggak suka. Salah satu topik nggak
asik ini adalah tentang status saya yang single. Nggak, saya nggak bermasalah
dengan status itu, but i do hate talking with people about it karena jarang
sekali orang nggak judging untuk masalah beginian. Kadang nggak cuma judging
(“oh pasti nggak punya pacar karena masih mau sekolah/berkarir dulu ya?” etc.),
tapi sudah mulai intervening (“Kriterianya apa? Sini takcariin..” atau “Jangan
terlalu sibuk, nanti kebablasan” etc.). Males aja. Seringkali pembahasannya terlalu
dikotomis, malah kadang cuma bertujuan membenarkan pendapat tertentu. That’s
just the kind of talk i’d prefer not to join, i guess :p
Ketiga, saya jadi punya banyak waktu kosong, dan akhirnya
jadi kurang kerjaan. Haha. Kalau kurang kerjaan, akhirnya jadi lebih banyak
mikir. Yang saya pikirin sebenarnya hal-hal yang itu-itu aja sih: duit,
buku-buku yang ingin dibaca dan film yang ingin ditonton, kursus yang ingin
diambil, rencana jalan-jalan (baik yang beneran jalan-jalan ataupun yang
berkedok ikut acara ilmiah :p), hal-hal yang ingin ditulis, lagu-lagu TRG yang
ingin dipelajari, musik selain TRG yang ingin sy eksplor lagi biar ‘gahol’..
banyak. Biasanya sih ujung-ujungnya yang sungguh-sungguh dilakukan hanya
sebagian kecil saja dari daftar itu. Yah. Nggak pa-pa, yang penting ada. Hehe
Saya nggak merasakan urgensi untuk pulang kampung ke bapak
emak saya, karena.. saya biasa aja tanpa mereka dan mereka juga biasa aja tanpa
saya. Bukannya nggak saling sayang, tapi justru saya merasa tenang karena
hubungan saya dan orang tua sekarang cenderung nggak inter-dependen, dan nggak
demanding. Saat saya pulang ke rumah, dan saat saya ingat orang tua saya, saya
merasa bebas untuk jadi diri sendiri; dan mereka tetap bahagia dengan saya jadi
diri sendiri. I just can’t ask for more about that, can I?
Saya juga nggak merasakan urgensi untuk belanja ini itu,
karena sepertinya sejak tahun keempat kuliah –saat pindah kos – saya jadi
merasa bahwa punya banyak barang itu rempong. Haha. Sejak itu, saya berusaha
untuk tidak beli-beli kalau memang nggak perlu. Saya suka sih, jalan2, lihat2
baju, sepatu, atau asesoris; tapi untuk beli.. rasanya selalu ada yang lebih
urgen dari itu,jadi akhirnya banyak nggak beli-nya meskipun jalan2nya
sebenarnya lumayan sering. Haha
Saya juga nggak merasakan urgensi untuk bersosialisasi, cari
kecengan baru, kenalan sama orang-orang baru.. entahlah. Setelah ‘hiatus’,
ternyata hati saya bukannya entangled, tapi kok ya malah jadi semacam semakin
complicated. Haha. Ada unfinished issues yang mendadak jadi kelihatan, dan
sepertinya harus saya bereskan dulu sebelum memulai sesuatu yang baru. Nggak
tahu juga sih, mungkin saya-nya aja yang sok gawat, tapi.. beneran males. Mbesok2
aja lah :p
Yah. Sekian rambling gajelas kali ini. Mudah-mudahan setelah
ini blog-nya bisa rutin terisi, nggak sampai ditumbuhi sarang laba-laba lagi.
Hehe
waduh, yang bagian setelah hiatus justru banyak unfinished business yang makin disadari itu kok sama ya mb, hehe..
ReplyDeleteahahaha. yah emang begitulah. sometimes shit happens in a kinda shittiest time :p wkwk
ReplyDelete