Sunday, 19 March 2017

Saya sudah cukup lega – bagian 1

Saya sudah cukup lega karena bisa pulang setelah rawat inap dua minggu di rumah sakit karena cedera kepala. Mungkin sampai hari kesekian perawatan, saya menghabiskannya dengan tidur dan dengan kepedulian yang nyaris hilang seluruhnya terhadap hampir semua hal di dunia ini; mungkin sebagian besar karena tidak ingin merasakan nyeri kepala saat bangun. Baru saat obat saya mulai dikurangi karena keluhan nyeri yang saya rasakan mulai berkurang, saya mulai ingat kalau saya punya telepon genggam yang ternyata setelah dicek, ada banyak pesan dari berbagai kenalan di berbagai tempat, menanyakan bagaimana kondisi saya. Saya tidak tahu bagaimana kabar kecelakaan yang saya alami sepertinya tersiar cepat; dan bahwa ternyata ada relatif banyak orang yang konon kabarnya mendiskusikan kondisi saya dan mengkhawatirkan ini itu. Baru saat itu setelah sekian lama saya hidup, saya merasa bahwa saya ternyata diingat oleh cukup banyak orang; tidak se-invisible yang selama ini saya kira. Hehe. Saya sangat menghargai perhatian, kepedulian, serta doa-doa baik yang sempat terlontar ini. Selama saya dirawat, teman-teman saya sesama residen (dan ternyata beberapa spv) juga banyak direpotkan sana sini tanpa saya sadari, dan saya sangat bersyukur karena saya jadi tidak kerepotan mengurus diri saya sendiri :’) Mama saya, teman main saya sejak di Jogja sampai migrasi ke Bali, teman-teman sesama chief juga sempat datang dan menunggui hingga cukup lama sambil ngobrol dan bercanda sana sini; sampai saya sempat merasa bahwa sebenarnya mungkin saya tidak sakit karena masih bisa tertawa nyaris seperti sebelumnya. Haha. Beberapa saudara, teman seangkatan di FK U**, serta beberapa orang lain yang mungkin agak sulit saya identifikasi juga sempat datang dan saya jadi merasa.. kepedulian orang-orang dari berbagai tempat di dunia yang mau meluangkan waktu untuk kontak dan hadir membantu saya selama dirawat di RS ini.. sangat saya hargai. Saya bersyukur untuk hal ini.

Pasca saya pulang, seorang teman yang tahu bahwa saya kadang masih mengalami beberapa gejala (sakit kepala, pandangan ganda, mual, belum bisa jalan jauh, anosmia) sempat bertanya apa saya merasa sedih dengan sakit yang saya alami, dan saat itu jawaban saya adalah tidak. Memang beberapa hari terakhir perawatan saat saya lebih banyak terbangun dan (mau nggak mau) jadi lebih banyak berpikir, dan saya juga sempat bertanya-tanya pada diri saya apakah saya sedih. Mungkin karena ada sekian banyak waktu yang harusnya bisa digunakan untuk mengerjakan tesis dan akhirnya justru ‘terbuang’ untuk rawat inap di RS. Mungkin karena beberapa gejala dan hendaya yang membuat saya masih harus membatasi aktivitas. Mungkin karena saya jadi batal menonton konser The Moffatts di Bali. Mungkin karena saya jadi kurang bisa mendiskriminasi suara saat mendengarkan lagu a capella meski lagu itu sudah cukup familiar untuk saya; atau karena kemampuan saya mempersepsi dan mewujudkan dinamika serta phrasing yang bagus saat bernyanyi jadi sangat berkurang. Hmm bisa jadi agak sedih karena poin terakhir, tapi selebihnya ternyata tidak.

Selain menemukan bahwa saya bersyukur karena banyak orang peduli, saya juga bersyukur karena saya ternyata punya kemampuan untuk menghabiskan sekian banyak waktu untuk diam; sesuatu yang mungkin dulu membayangkan saja sudah cukup menakutkan buat saya yang saat itu relatif banyak aktivitas dan multitasking. Saya juga bersyukur karena Tuhan sepertinya memberi saya “preface” sekaligus pengingat bahwa tidak lama lagi mungkin saya harus mempelajari melakukan banyak hal dari awal, dari tahapan yang mungkin paling remeh; sesuatu yang mungkin sempat saya lupa bahwa ini akan bisa terjadi kapan saja karena pada titik ini saya merasa hidup saya sudah mulai established, aman, dan relatif akan berjalan seperti yang saya tahu saja. Saya jadi merasa bahwa kejadian ini mungkin membuat hidup saya berubah menjadi memiliki lebih banyak ketidakmampuan dan ketidakpastian. Sempat hal ini membuat saya merasa sedih, takut, dan marah; tapi di sisi lain hal ini membuat saya juga merasa seperti kembali muda, dan saat saya muda, itu artinya saya punya cukup energi. Energi untuk menghadapi perubahan. Energi untuk berkreasi dan mengkonsep hal-hal yang sebelumnya tidak saya pikirkan. Energi untuk lebih banyak belajar. Energi untuk memberi berkontribusi dan memberi lebih banyak manfaat. Energi untuk terus hidup dengan bersemangat dan bahagia. Mungkin.. itu sudah sangat cukup, jadi.. mungkin saya memang lega :)


Sudah. Itu dulu untuk bagian satu :D

No comments:

Post a Comment