Tuesday, 21 March 2017

Saya sudah cukup lega – bagian 2

Saya sudah cukup lega karena sudah bisa kembali sekolah.
Meski konon kabarnya masih harus bed rest sampai sekian minggu which is like embuh secara sebagai anak kos yang tinggal sendirian di kamar, apa ya kalo saya bed rest terus lantainya bisa nyapu sendiri, cucian beres sendiri, barang-barang tertata sendiri? Meski anosmia. Meski belum optimal juga karena pandangan masih sering  kabur dan sakit kepala kadang nongol kalau kelamaan baca slide presentasi di layar atau di laptop atau bahan hardcopy. Meski masih sering izin untuk tidur siang atau sekedar duduk sekian menit untuk memejamkan mata. Meski kalau jalan kaki sekarang lebih pelan biar nggak nabrak karena pandangan kabur, dan belum bisa jalan kaki jauh dan masih malas menyeberang jalan sendiri. Gyahaha. Meski masih belum kembali jadi pelanggan go-r*de/ub*rmotor dan lebih memilih go-c*r/ub*rx. Meski malam kadang jadi serasa tidur terlalu malam, dan pagi agak sulit bangun pagi. Meski mimpi masih sering bertema kecemasan dan kadang membuat saya terbangun cepat tapi kemudian tidur lagi sampai kesiangan. Meski pegal atau sedikit nyeri masih sesekali terasa di sana-sini dan saya masih belum bisa sepenuhnya mengoperasikan (baca: mengolahragakan) otot-otot saya seperti sebelumnya. Meski belum kembali latihan menyanyi dengan kekuatan penuh.
Tapiiiiiii
(presentasi) poster lagi - lagi2 poster :p
Ada lebih banyak hari sekolah di mana saya pulang tepat waktu dibanding pulang lebih dulu, meski jumlah hari terlambat masih lebih banyak dibanding hari ketika saya datang on time :p Saya sudah bisa mengikuti sebagian kegiatan ilmiah meski entah berapa persen yang bisa saya mengerti. Momen tidur siang saya sudah mulai berkurang durasinya, dan sesekali saya masih bisa berbaring sambil merem tapi sambil jawab pertanyaan tentang kasus atau bahan ilmiah tertentu. Sudah sempat terbang ke Jawa jugaaaaa, dan ikut konferensi dengan topik psikoterapi paporit akoh setelah ngidam sekian tahun (meski pakai diomelin sana sini karena konon kabarnya harusnya rung oleh mabur numpak pesawat selain pesawat telepon atau pesawat televisi). Anamnesis pasien sudah bisa; dan lama, dan relatif lebih bisa memperhatikan dan mendengarkan dibanding yang saya perkirakan sebelumnya. Jalan kaki sudah bisa agak cepat, agak jauh, dengan sakit kepala, pandangan ganda, serta mual yang minimal selama atau pasca jalan. Transportasi masih mudah didapat dan Bu Susi juga berkali-kali menekankan nggak usah ngirit-ngirit, yang penting selamat; jangan naik motor, naik mobil aja dulu; yowes aku nurut wae :p Obat sudah bisa dikurangi dosisnya, dan konsekuensi penurunan dosis ini pun relatif tidak ada. Spv sepertinya jadi menahan diri untuk bertanya tentang tesis saya yang belum kunjung selesai dan cenderung membahas kondisi fisik saya saja, itupun tidak lama. Telinga yang sebelumnya sempat mengkhawatirkan karena tidak peka dinamika dan tidak bisa diskriminasi lima suara kelompok a capella favorit, sekarang sudah lebih bisa peka dinamika dan sudah kembali bisa diskriminasi pasca dibersihkan di THT. Mencuci sudah sempat terjadi, meski setrikanya masih menunggu takdir Tuhan. Kecemasan akibat ketidakpastian mulai berkurang, begitu juga dengan marah-marah. Saya merasa justru saya sekarang jadi belajar bersabar, terutama terhadap diri saya sendiri karena ada banyak hal yang justru jadi laaaaaammmbaaaattt baaaaangeeettt saat saya yang mengerjakan. Gyahahaha. Jadi ya tidak apa-apa, biar pernah dan biar tahu rasanya berjalan lambat sambil menikmati apa yang ada. Yang penting lega karena masih hidup dan masih berfungsi :D


Saya juga sudah cukup lega karena ternyata beneran saya sudah lumayan move on dari mas-mas kampret yang sempat membuat saya sulit move on beberapa waktu lalu. Unfriend di FB itu ternyata metode move on yang efektif. Gyahaha. Hla ra lega piye jal, secara si kampret ini punya beberapa aspek penampakan yang mirip dengan salah satu personel bersuara bariton di kelompok vokal favorit. Jadinya kalau saya nyetel video yang lead vocal-nya si bariton ini, saya malah sakit hati. Padahal itu kelompok vokal favorit guweeeehhh, dan lagu-lagunya kaya apapun, ya sebagai fans yang tidak durhaka harusnya saya tetap suka lah ya.. hla ini akhirnya malah sempat menghindar. Laki-laki macam apa coba si kampret satu ini, membuat saya jadi menghindar dari sesuatu yang selama ini sangat saya cintai dan jadi survival kit saya yang cukup signifikan dalam menghadapi kehidupan dunia yang semakin keras ini ..*pret* Jadi setelah saya move on dan mendengarkan lagu-lagu mereka memberi saya perasaan yang seperti biasa, terlebih setelah kondisi telinga saya membaik, rasanya legaaaa. Rasanya merdekaaaa, dan saya tidak lagi jadi fans durhaka. Horeeeee :D Intinya, lain kali kalau saya terlibat lagi dengan orang yang gelagatnya akan membuat saya berubah jadi fans durhaka, baiknya segera disudahi saja. Saya sudah tidak penasaran lagi untuk tahu seperti apa rasanya mencoba bertahan di tengah ketidakpastian hubungan karena rasanya busuk dan selama tidak dipastikan ya akan tetap busuk; paling tidak buat saya. Ada banyak pekerjaan yang mungkin bisa saya lakukan, karya yang mungkin bisa saya hasilkan, dan dalam melakukannya saya perlu didukung oleh musik yang tepat dan bisa diandalkan untuk jangka panjang. Jadi kalau urusan laki-laki juga sama: saya perlu yang tepat dan bisa diandalkan untuk jangka panjang, dan yang lebih penting lagi, ‘urusan’ saya hanya sama dia. Nggak perlu ada perempuan atau laki-laki lain, sehingga sebisa mungkin nggak perlu ada kebohongan di sana-sini. Meski judulnya saya akan jadi psikiater dan konon kabarnya seharusnya punya mental and emotional resources untuk mengurusi kekecewaan dan sakit hati terkait kebohongan-kebohongan itu, yo mit mending aku nggarap paper mbangane ngurusi wong lanang sing hobi ngapusi njuk aku ra dibayar. Luwih cetha terms and conditions-nya njuk luwih berpotensi mencerahkan masa depanku mbangane wong ra jelas kaya kampret kae. Hih. Ya bagus lah itu kejadian di masa lalu dan sekarang sudah berakhir. Sekarang saya mau sekolah, jadi residen baik-baik biar cepat lulus dan cepat bisa cari penghasilan buat jalan-jalan ke Eropa termasuk Swedia. Wis pokoke mbalik fokus Swedia. Ya tapi lulus dhisik ding, biar tambah banyak leganya.



Ya sudah. Gitu aja untuk bagian dua. Nggak ada lanjutannya ya tentang topik “lega” ini. Sube suud ventilasi ne, sube puas jani :p

No comments:

Post a Comment