Saya memasuki lima hari libur lebaran dengan rencana untuk mengisinya dengan mengerjakan PR2 yang sudah lama tertunda dan decluttering tipis-tipis. Tentu saja manusia bisa berencana tapi pada akhirnya Tuhan jualah yang menentukan *hilih nyalahin Tuhan* yang benar-benar terjadi bukan seperti rencana karena saya kan anak sok rebel gitu kaaan... jadi kalok bikin rencananya A yang kejadian B itu mah something yang it happens lah ya. Biyasak. Yang terjadi adalah saya tidak mengerjakan PR sama sekali dan fuuuulll mengisinya dengan massive decluttering. I mean, daftar area-area rumah yang perlu dibenahi itu sialnya sudah tercatat dengan lengkap ya.. jadinya libur yang agak panjang kemarin ditambah obsessive trait saya yang ndilalah sedang highly amplified (kayanya gara-gara PMS).. semua sungguh berkolaborasi untuk menginduksi buat decluttering teros sampai benar-benar selesai. Awalnya sih setelah aktivitas pertama selesai maunya semacam, ya udah lah, yang lain kapan-kapan aja. Tapiii kemudian lihat catatan dan jadi mikir, "Ah sekalian lah mumpung ada waktu," laluu berlanjutlaaahh sampai terbereskan yang lain-lainnya juga. Ada rasa nagih-nya juga sih karena I basically enjoy doing the cleaning and organizing, but these days I haven't been able to do them as much as I want so it's nice to be able to do so.
Jadiii I started the cleaning dengaaan nyukleki tanam-tanaman di depan rumah. Nyukleki, bukan memangkas, karena I did it mostly with my two hands, of kors dengan cara yang sangat tidak elegan. Memang ada bagian-bagian tertentu yang bisa dibereskan dengan gunting tanaman, tapi karena sebagian besar yang mau di-take-down adalah dahan-dahan yang cukup besar, then that's how nyukleki happened. Urusan cuklek-mencuklek ini sebenarnya tidak ada dalam to do list. Hal ini terjadi akibat adanya protes emak yang tak terima saat pidio kol dan melihat tanaman di depan rumah sudah pada tinggi menjulang dan serta merta menginstruksikan untuk melakukan pemangkasan. Awalnya males sih yak.. I mean like.. udah lah biarin aja napa sih? But then I start cutting a branch or two. Trus sambil melanjutkan kontemplasi to trim or not to trim, I cut another. Trus di tengah jalan keringetan dan jadi mikir, "Ah. This is a free and multitasking-ish way to do some upper body work. Uda lama ga upper body work juga sih yak.." Trus yawda, lanjot.
Terus habis semua tercukleki, bingung. Kenapa? Karena nggak tega buang 'sampah'nya. Wkwk. Alasan ga tega pertama karena I like the godhong kates yang dicukleki but this pile of godhong kates is like sakkresek guedhe biangets full akehe which is nek arep takpangan kabeh, saya takut berubah jadi kambing karena kebanyakan makan daun.. tapi tetap sayang kalau dibuang karena ini harusnya bisa dimakan...
Alasan ga tega kedua adalah karena mamak bilang, itu godhong kates sama pohon soka gampang buat ditanam lagi; tinggal di-stek-stek aja batangnya. Jadi ga tega kan kalau mau langsung masukin ke tempat sampah aja dan serta merta membiarkan mereka jadi benda-benda terbuang saat sebenarnya masih bisa ditanam lagi. Nha tapi kalok guweh yang harus nanem, ya mau ditanam di manaaa? Mosok ditanam di hati dan jiwa akoh bagaikan kata-katamu yang menusuk dalam dan tertanam selamanya? Ya nggak gitu juga yekaaaan
Syukurlah dengan bermodal status dan kontak-kontakan dengan beberapa makhluk lewat WA plus menebalkan muka untuk menawarkan benda-benda nyaris terbuang itu ke beberapa orang yang 'lewat', akhirnyaaaa mereka bisa habis juga. Semua benda akhirnya bisa berpindah tangan; mudah-mudahan ke tangan yang lebih baik daripada sekedar tangan yang hobi nyukleki macam tangan saya. Wkwk. Reaching out to some people I haven't been in contact with for some time cuma buat nanyain mau ambil tanaman apa enggak ini somehow.. refreshing. Saya mungkin ga bakal tahu juga kalau salah satu teman SMP saya sedang hamil hadn't I asked her buat ke rumah untuk ambil tanam-tanaman (which she fortunately agreed on). Saya mungkin ga bakal tahu that I could actually do the cutting things myself had I stopped doing it after two branches or so. Jadi ya.. it was a new experience and it was nice.
Terus ya sudah. Selesai nyuklek-nyukleki lengan sungguh terasa cenut-cenut tapi I liked the sensation of being able to spend the time to get things done without thinking too much.. jadi masih ingin melanjutkan bersih-bersih. Karena berusaha mengurangi pekerjaan yang heavy duty dalam rangka tidak memperparah kecenut-cenutan lengan, akhirnya diputuskan untuk mengatur printilan-printilan kecil di meja rias dan stationary boxes yang.. kecil dan nggak heavy duty sih.. tapi baaaanyaaaaakkkk dan ternyata butuh sekitar 12 jam nyaris nonstop untuk merapikannya.
Terus ya sudah. Selesai nyuklek-nyukleki lengan sungguh terasa cenut-cenut tapi I liked the sensation of being able to spend the time to get things done without thinking too much.. jadi masih ingin melanjutkan bersih-bersih. Karena berusaha mengurangi pekerjaan yang heavy duty dalam rangka tidak memperparah kecenut-cenutan lengan, akhirnya diputuskan untuk mengatur printilan-printilan kecil di meja rias dan stationary boxes yang.. kecil dan nggak heavy duty sih.. tapi baaaanyaaaaakkkk dan ternyata butuh sekitar 12 jam nyaris nonstop untuk merapikannya.
![]() |
Tumpukan benang dan pita |
Grouping the highly variable things, meletakkannya dengan susunan yang 'masuk akal', memilih kontainer yang memungkinkan barang-barang ini untuk diakses dengan mudah tanpa membuat berantakan lagi itu.. was pretty challenging. Haha. Yatapi seru sih, and again, it's been a while since the last time gelora jiwa anankastik guweh seriously punya space untuk teraktualisasikan so it's nice.
Plus ada beberapa temuan yang membuat saya jadi 'belajar' juga.
Ada lumayan banyak make up luamaaakkk yang masih bagus dan setelah dicari-cari infonya, ternyata bisa didonasikan; tidak serta merta masuk tempat sampah dan menambah tumpukan sampah masyarakat dunia aja.
Ada tumpukan berbagai jenis benang, kancing, dan alat-alat jahit, dan sejumlah kain perca yang sepertinya bisa dipertimbangkan untuk jadi bahan sepatu custom atau dikaryakan kalau suatu saat nanti entah kapan saya gabut dan bosan dengan rutinitas pengisi kegabutan yang biasa. I mean.. I do had those times when I seriously enjoy doing the handycrafting thingy to the level that I thought I should probably consider being a kindergarten teacher.. and I'm actually not like that close to 100% bad at it, I guess, so.. I'll do it again someday. Haha.
![]() |
Stationery box yang sudah dibereskan |
Ada juga *ehem* tumpukan slip gajinya bapak ibu saya dari zaman saya masih sekolah sampai yang belum terlalu lama yang.. lumayan bikin merenung karena saya jadi tahu berapa rupiah tiap bulannya yang sebenarnya mereka terima di masa itu and gotta say.. it's not that good. Saya jadi lebih mengerti mengapa orang tua saya ngejar banget yang namanya hibah penelitian atau nyobain segala macam bisnis kecil-kecilan ini itu, karena ya.. life must go on. Saya jadi membayangkan juga gimana (mungkin) mereka waktu itu entah berapa kali harus nebelin muka buat ngutang sana sini biar anak-anaknya yang lagi jauh tetap bisa makan dan sekolah. Somehow I learn to treasure them more dan semakin sadar bahwa whatever I might be able to do for them in the future, tetap nggak akan ada apa-apanya dibanding apa yang sudah mereka lakukan buat saya. Terus ya semi mellow gitu. Hehe. I'm grateful, though, that things are better now; and despite whatever they have been through, orang tua saya itu selalu bisa menunjukkan ke anaknya gimana caranya tetap bahagia dan tetap punya mindset untuk menyelesaikan instead of mengutuk masalah and dwell in it. Well. I'm a proud kid 💓
Ada juga banyak asesoris lama atau benda-benda tak jelas yang seperti masih berguna tapi kayanya enggak juga yang akhirnya disampahkan. Entahlah. Mungkin tak berguna buat saya bisa jadi berguna untuk pak pemulung yang memungutnya. My delusion said that anak istri keluarga pak pemulung yang biasanya nggak bisa pakai asesoris buat lebaran mungkin akan senang kalau sekali waktu akhirnya bisa pakai asesoris yang mereka temukan dari 'sampah.' I don't know, but I like this vision a bit. Maybe not something that would really happen, tapi ya.. an intermittent delusion or two won't harm that much lah ya..
![]() |
laci asesoris bereees |
Ya kurang lebih gitu sih yang urusan meja rias dan stationery boxes. Hari berikutnya, yang dibereskan adalah lemari baju-baju 'oldies' dan storage rooms alat-alat dapur. Di sini saya juga merasakan kepuasan saat merasa bisa menemukan dan melakukan beberapa hal yang mungkin tidak akan bisa terwujud kalau bersih-bersih ini tidak terjadi.
Salah satu yang saya temukan adalah beberapa unfinished tote bag dari bahan kain drill yang -again- semacam mengingatkan gimana orang tua saya cari cara ini itu buat makan. Haha. Back then they intended to get extra income from the bags the sewed themselves, kayanya. Tapi mungkin tak lama setelah niat ini muncul, ada dana hibah riset yang turun atau ada kerumitan dunia lainnya yang harus dibereskan, jadinya proyek inipun mangkrak. Syukurlah segera setelah libur lebaran yang cerah di tahun ini, tote bag ini akhirnya bisa berpindah tangan ke bos rehabilitasi psikososial RSJ Provinsi Bali yang cantik baik hati ramah tamah tidak sombong tapi tak rajin menabung karena hobinya jajan; dengan harapan bisa dikaryakan sebagai bagian keciiiiiilll dari rehabilitasi psikososial di sana.
![]() |
tas kain, tas kertas bereeess |
Ada juga banyaaaak celana sama blazer model retro punya emak sama embah saya yang ternyataa dengan sejumlah permak-an, jadi bisa saya pakai sendiri. Tinggal laporan, "Ma bajunya yang xyzabc-dst takpermak terus takpake ya," dan selesai. Nggak ada ceritanya minta izin dulu terus diizinkan terus baru dipakai mereka sudah maklum bahwa tiap kali saya bongkar-bongkar lemari mereka, pasti akan ada baju yang harus diikhlaskan untuk hilang.
Saya juga senang karena jiwa obsesif kompulsif ini terasa semakin terfasilitasi dengan merapikan tumpukan kresek, plastik, tas kertas, dan tas kain sehingga bentukan tumpukannya bisa lebih ramah di mata dan -again- lebih terkelompokkan dan lebih mudah diakses tanpa bikin berantakan waktu mau ngambil. It's almost like a meditation, you know: simply doing the same thing over and over again and just.. get 'lost' in it. Haha. Ngelipetin tas-tas kresek kecil jadi segitiga dan disusun di box karton kecil, ngelipetin plastik sampah sama plastik lembaran-lembaran secara sedemikian rupa biar susunannya bisa kaya tisu lembaran dan nanti kalau diambil satu, yang bawahnya bisa nongol di outlet tempat tissue-nya.. Mendadak saya semacam merasa jadi anak reduce reuse recycle yang sukses dan ngehits karena sudah melakukan ini padahal yo biasa wae. Wkwk. 

Dari rapi-rapi sesi ini, saya cukup senang karena pada akhirnya bisa mengosongkan satu setengah lemari. Karena kosong, akhirnya beberapa barang yang biasanya tergeletak di luar jadi bisa masuk ke dalam lemari dan otomatis rumah jadi lebih rapi. Bahkan, satu rak gantung dan satu rak plastik yang biasanya diisi sepatu akhirnya bisa dipensiunkan karena sepatu-sepatunya jadi bisa diletakkan di boks warna-warni untuk kemudian dimasukkan lemari. Dua rak kecil di meja rias juga jadi pensiun karena barang-barang di dalamnya bisa masuk laci yang sebelumnya penuh dengan barang-barang entah apa.
![]() |
colorful boxes of shoes 😍 |
Saya.. lumayan senang saat lihat satu lemari ini di rumah akhirnya kosong karena.. I did some decluttering before but it didn't seem to cut a lot so I kinda questioned if I actually had done it right.. tapi dengan satu lemari kosong ini.. seperti jadi bukti nyata that I have worked hard and finally achieved something. Haha. Well lemarinya sekarang sudah terisi sepatu sih, tapi ya.. rak-rak yang dipensiunkan itulah saksinya bahwa barang-barang memang sudah berkurang. It's also relieving because I tend to feel somewhat suffocated by the feeling that I'm surrounded by so many things that I don't know what they're for.. dan dengan berkurangnya barang-barang itu, somehow that suffocating feeling also lighten up, at least a bit 💓
Hari berikutnya saya beres-beres deretan kaset (!!), VCD, disket dan semacamnya.. dan jadi membangkitkan berbagai memori masa muda. I mean.. I've always been quite heavily invested in music and seing those things is like seeing a movie of my growth along the years. I'll stop the talk about this here, though, ben ndak malah mellow gara-gara teringat yang sudah-sudah. Wkwk.
Dan akhirnyaaa.. decluttering diakhiri dengaaann.. nggosoki noda-noda membandel di plesteran. Mungkin karena nggosoknya semacam terlalu bersemangat, gantian sekarang lengan bawah sama pergelangan tangan yang sakit to the level of ndorong sama narik puteran keran aja mak clekit hingga akhirnya memutuskan untuk tak berangkat yoga di Kamis di minggu setelah lebaran karena khawatir pergelangan cuklek kalau dipakai buat gerakan-gerakan yang menumpu di tangan *halah alasan
Jadi ya.. gitu.
Decluttering ini sekali lagi mengingatkan saya bahwa ada banyaaaakk yang saya punya. Saya juga jadi merasa lebih punya sense of belonging di rumah ini karena sebelumnya it's like I'm living in this house, but I don't quite know what it really has karena sebelumnya saya nggak pernah bongkar lemari-lemarinya dalam derajat yang se-ekstensif ini. Di situ saya juga melihat jejak-jejak 'perjuangan' orang tua saya menjalani hidup and somehow saya jadi merasa priviledged for not having to build things from scratch; ga kaya mereka. That being said, 더 열심히 하겠습니다. As I'm better priviledged, it should be somewhat natural for me to be able to achieve better. I guess I could learn to complain less and worry less about my ability to survive too karena.. my parents have been thriving despite their hardships; I have their genes and I'm better equipped, so I'm gonna be just alright. 맞져? 네, 맞아요.
No comments:
Post a Comment